EVA .. .. ya.. EVA jangan dulu membayangkan itu sebuah sosok gadis cantik dan molek; karena EVA yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Economic Value Added, sebuah pengembangan konsep biaya modal yang di perkenalkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Model EVA menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan ivestor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Hasil perhitungan EVA yang positif merefleksikan tingkat return yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal.
Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001). Konsep EVA merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan secara adil yang maksudnya konsep EVA memperhatikan sepenuhnya para penyandang dana dalam hai kepentingan, harapan dan derajat keadilan, yang diukur dengan mempergunakan ukuran tertimban (weighted) dan struktur modal awal yang ada (Widayanto, 1993:195).
Beberapa pengertian tentang Economic Value Added adalah sebagai berikut :
- Menurut Widayanto (1993:115) adalah : EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan setiap penyedia dana (kreditur dun pernegung saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (cost of capital) karena Nitami memang berangkat dari sini.
- Menurut Anjar V. Thakor (dalam Tunggal 2001:1), Economic Value (also conomic Value Added) – Revenue – Direct Cost (Including taxes)-Opportunity cost of using capital = After tax profit – Opportunity cost of using capital
- Glen Arnold (dalam Tunggal 2001:2) juga berpendapat Economic Value Added (EVA) was trademarked by Stern Stewart & Co. is a variant of economic profit, which is the modern term for residual income. Economic profit for a period is a the amount earned by business after deducting all operating expenses and a charge for the opportunity cost of capital employed.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu alat analisis finansial untuk menilai profitabilitas yang realistis dari operasi perusahaan dan EVA mempergunakan biaya modal dalam perhitungannya. Selain itu EVA juga mempertimbangkan dengan adil harapan para penyandang dana, melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari struktur modal perusahaan. Konsep EVA merupakan suatu konsep baru yang berangkat dari konsep lama yaitu biaya modal (cost of capital). Konsep ini merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana untuk pembelian barang dan modal ataupun modal kerja.
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital). Berdasarkan pada pemaparan tersebut diatas, dapat dilihat bahwa konsep economic value added ini begitu penting bagi perusahaan, sisi-sisi penting dari EVA bagi perusahaan adalah :
- Pertama, berkenaan dengan keputusan pengaggaran modal yang membutuhkan perkiraan biaya modal untuk penganggaran yang tepat.
- Kedua, berkenaan dengan struktur keuangan perusahaan yang mempengaruhi tingkat resiko dan besarnya arus pendapatan sehingga mempengaruhi pula penetapan biaya modal, dan
- Ketiga, berkenaan dengan keputusan-keputusan lain yang memerlukan perkiraan biaya modal.(Weston dan Brigham, 1991 : 218).
Menurut MH Armitage dan Vijay Jog, EVA menarik karena tiga factor yaitu (Armitrage, Jog,1996 22):
- Dalam membandingkan metode arus kas yang didiskontokan akan memberikan suatu nilai yang diharapkan pada suatu waktu dari investasi di masa depan, EVA menyediakan suatu pengukuran tahunan dari kinerja penciptaan nilai yang sebenarnya (bukan ramalan).
- Hasil EVA (positif/negatif) menelusuri lebih dekat ke kesejahteraan para pemegang saham dibandingkan dengan ukuran-ukuran tradisional yang lain.
- EVA meluruskan strategi-strategi organisasi yang diinginkan dengan pengukuran kinerja yang akuran dan prosedur-prosedur kompensasi.
Oleh karena itu maka setiap perusahaan tentu menginginkan EVA naik, karena EVA adalah tolak ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Ada tiga cara untuk menaikkan NITAMI, menurut Widayanto (1994:277) adalah sebagai berikut :
- Tingkatan keuntungan (profit) tanpa menggunakan tambahan modal Cost cutting sudah merupakan metode yang sangat populer dewasa ini. Kegiatan ini akan membawa ke kegiatan yang membabi buta dan tidak efektif dalam menaikkan NITAMI.
- Kurangi pemakaian modal: Dalam praktek, metode ini seringkali paling efektif menaikkan NITAMI. Coke menggunakan kemasan plastik untuk concentratenya daripada menggunakan kemasan logam.
- Lakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian tinggi: Yakinkan bahwa proyek-proyek tersebut bisa mendapatkan lebih hanya sekedar ongkos modal keseluruhan yang diperlukan.
Berbagai paparan diatas jelas terlihat, bahwa EVA terutama digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaaan nilai (value creation) yang merupakan salah satu kelebihan EVA. Namun Analisis ini juga memiliki sisi kelebihan dan kelemahan, yaitu sebagai berikut :
Beberapa keunggulan sebagai berikut (Mirza & Imbuh, 1999):
- Economic Value Added (EVA) dapat digunakan secara mandiri tanpa membutuhkan data pembanding seperti standar industri atau data dari perusahaann lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisis rasio.
- Economic Value Added (EVA) memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
- Perhitungan Economic Value Added (EVA) relatif mudah dilakukan, hanya yang menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam.
Dengan berbagai keunggulannya, Economic Value Added (EVA) juga mempunya beberapa kelemahan, pertama Economic Value Added (EVA) hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi Economic Value Added (EVA) selama umur perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan tersebut mempunyai Economic Value Added (EVA) pada tahun berjalan positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena EVA pada tahun berikutnya negatif. Dengan demikian dalam menggunakan EVA untuk menilai kinerja, harus melihat EVA masa kini dan masa mendatang. Secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi biaya modal. Estimasi ini, sulit untuk dilakukan dengan tepat terutama untuk perusahaan yang belum go public” (Utama, 1997).
Kelemahan-kelemahan EVA yang lain menurut Mirza & Imbuh (1999) sebagai berikut:
- Economic Value Added (EVA) hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktifitas-aktifitas penentu lainnya, seperti loyalitas konsumen.
- Economic Value Added (EVA) terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan.
- Konsep ini sangat bergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic Value Added (EVA) secara tepat dan akurat, tetapi dalam kenyataannya perusahaan dalam prakteknya kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internal perusahaan
Demikian tulisan ini semoga bermanfaat.
Sumber Bacaan :
- Amin Widjaja Tunggal. 2001. Memahami Konsep Value Added dan Value Based Management, Harvindo
- Emery, Douglas R., and John D Finnerty., 1997, Corporate Financial Management, international edition, New Jersey : Prentice Hall
- Keown, Arthur J., et al. 1999. Basic Financial Management, eight edition, USA : Prentice-Hall Inc.
- Konan Chan. 2004. Economic Value Added, Financial Management.